Textual and Contextual Analysis of the Wayang Orang Ngesti Pandawa Performance of the Kulandara Geni Play, Directed by Widayat in 2014

Wijanarko Wijanarko, R.M. Pramutomo, S. Sriyadi

Abstract


Kulandara Geni is one of the episodes in the wayang (puppet theater) narrative produced by artists in Wayang Orang Ngesti Pandawa in 1967. This play is a composite story derived from the Mahabharata epic, featuring its own uniqueness and strengths. The difference lies in the characters of Punakawan, who serve as humorous attendants and play a significant role, becoming a model for derivative stories to this day (babon). Additionally, the differences include the social criticism (madang miring) that is implicit within it. In 2014, the story of Kulandara Geni was produced again by Ngesti Pandawa and presented at WOSBI in the RRI Surakarta Auditorium, directed by Widayat. The Kulandara Geni play directed by Widayat has characteristics aligned with socio-cultural developments. In relation to this, the article aims to describe the textual and contextual aspects of the wayang orang performance with the Kulandara Geni play directed by Widayat as presented by Ngesti Pandawa. Through this, it is hoped to provide an overview of the presentation style and the various socio-political circumstances surrounding it. This research employs qualitative data analysis methods with an ethnocoreology approach. Data analysis is conducted by combining general interpretations and conducting in-depth studies with a multidisciplinary perspective. The research findings reveal various elements of the textual and contextual structure of the Kulandara Geni story.

Keywords


Wayang Orang; Ngesti Pandawa; Textual; Contextual; Kulandara Geni Play

Full Text:

PDF

References


Alamsyah. (2018). Kontribusi Arsip dalam Rekonstruksi Sejarah: Studi di Karisedenan Jepara dan Tegal Abad Ke-19. Jurnal Anuva, 2(2), 153–163.

Asmoro, P. & Suwondo. (2022). Model Sanggit Ginem dalam Lakon Mayangkara sebagai Lakon Jenis Wejangan. Lakon: Jurnal Pengkajian & Penciptaan Wayang, 19(2), 77–84.

Bahri, B. I. (2019). Symbolic Meaning of Pakeliran Ki Manteb Soedharsono Entitled Semar Sang Pamomong. Journal of Literature, Languages and Linguistics, 59, 42–48.

Bramantyo. (2014, July 3). Marak Kampanye Hitam, Pilpres 2014 Paling Buruk. SINDOnews.Com. https://nasional.sindonews.com/berita/879428/113/marak-kampanye-hitam-pilpres-2014-paling-buruk

Brandon, J. R. (1967). Theatre in Southeast Asia. Harvard University Press.

Cahya. (2016). Nilai, Makna, dan Simbol dalam Pertunjukan Wayang Golek sebagai Representasi Media Pendidikan Budi Pekerti. Panggung: Jurnal Seni & Budaya, 26(2), 117–127.

Dewi, C. M. T. (2014, June 29). Pernah Miskin, Jokowi Tahu Penderitaan Wong Cilik. Tempo.Co. https://pemilu.tempo.co/read/588984/pernah-miskin-jokowi-tahu-penderitaan-wong-cilik

Fitria, W. & Suyanto. (2015). Konstruksi Citra Calon Presiden Jokowi pada Kampanye Pemilihan Presiden 2014 di Surat Kabar Harian Jawa Pos. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, 2(2), 1–15.

Hadi, Y. S. (2007). Kajian Tari Teks dan Konteks. Pustaka Book Publisher.

Hendriyana, A. (2014, June 28). Dukungan kepada Capres Harus Jaga Harmoni, Jangan Picu Perpecahan Bangsa. Kantor Komunikasi Publik UNPAD. https://www.unpad.ac.id/2014/06/dukungan-kepada-capres-harus-jaga-harmoni-jangan-picu-perpecahan-bangsa/

Hersapandi. (1999). Wayang Orang Sriwedari: Dari Seni Istana Menjadi Seni Komersil. Yayasan Untuk Indonesia.

Ihsanuddin. (2014, Agustus). Cerita Satu Dekade Prabowo dan Putusan Sengketa Pilpres 2014 di MK. Kompas.Com. https://nasional.kompas.com/read/2014/08/21/08362611/Cerita.Satu.Dekade.Prabowo.dan.Putusan.Sengketa.Pilpres.2014.di.MK

Jazuli, M. (2019). Popularitas Sindhen. Harmonia: Jurnal Pengetahuan dan Pemikiran Seni, 9(2), 1–15.

Kartila, I. (2014, June 1). Kampanye Hitam Perlu Diredam Jelang Pilpres 2014. Antaranews.Com. https://babel.antaranews.com/berita/10160/kampanye-hitam-perlu-diredam-jelang-pilpres-2014

Kumpulan Lakon atau Cerita Wayang Orang Ngesti Pandawa. (n.d.).

Kustiani, R. (2014, Agustus). Kronologi Kerusuhan Massa Pro-Prabowo di MK. Tempo.Co. https://metro.tempo.co/read/601284/kronologi-kerusuhan-massa-pro-prabowo-di-mk

Lanjari, R. (2016). Political Practice and Its Implication on Folk Art Marginalization (Case Study of Wayang Orang/ Human Puppet Ngesti Pandhowo). Harmonia: Journal of Arts Research and Education, 16(2), 163–171.

Lindsay, J. (1991). Klasik, Kitsch, Kontemporer: Sebuah Studi Tentang Seni Pertunjukan Jawa (Nin Bakdi

Sumanto, Trans.). Gadjah Mada University Perss.

Maharani, D. (2014, July 22). Jubir Jokowi-JK: Ini Kemenangan Rakyat. Kompas.Com. https://nasional.kompas.com/read/2014/07/22/22493031/Jubir.Jokowi-JK.Ini.Kemenangan.Rakyat

Prabowo, D. (2014, April 13). Politik Uang di Pemilu 2014 Dinilai Lebih Vulgar. Kompas.Com. https://nasional.kompas.com/read/2014/04/13/1801547/Politik.Uang.di.Pemilu.2014.Dinilai.Lebih.Vulgar

Pramono, S. T. E. (2014, Agustus). Alasan Jokowi-Prabowo Tak Perlu Paksa Rekonsiliasi. Tempo.Co. https://nasional.tempo.co/read/603279/alasan-jokowi-prabowo-tak-perlu-paksa-rekonsiliasi

Pramutomo, R. M. (2019). Wayang Wong the Kraton of Yogyakarta its Text and Context. Proceeding International Symposium on Javanese Studies and Manuscripts of Keraton Yogyakarta, 179–195.

Pramutomo, R. M., Aswoyo, J., & Mulyana, A. R. (2016). Revitalisasi Budaya Lokal Berbasis Ekspresi Seni Komunitas. ISI Press.

Puguh, D. R. (2023). Wayang Orang Panggung sebagai Hiburan Massa: Tinjauan dari Perspektif Sejarah. Talenta Conference Series: Local Wisdom, Social, and Arts, 6(2), 4–10.

Puguh, D. R., Amaruli, R. J., & Utama, M. P. (2017). Teater Kitsch Ngesti Pandowo di Kota Semarang Tahun 1950-an-1970-an. Mozaik Humaniora, 17(2), 1–25.

Puguh, D. R., Utama, M. P., & Amaruli, R. J. (2019). Peranan Perguruan Tinggi di Semarang dalam Pelestarian Wayang Orang Ngesti Pandowo. Jurnal Sejarah Citra Lekha, 4(2), 137–152.

Purbolaksono, A. (2014, June 6). Kampanye Hitam Jelang Pilpres 2014 Rugikan Masyarakat. The Indonesian Institute: Center for Public Policy Research. https://www.theindonesianinstitute.com/kampanye-hitam-jelang-pilpres-2014-rugikan-masyarakat/

Putra, H. S. A. (1998). Sebagai Teks dalam Konteks Seni dalam Kajian Antropologi Budaya. Jurnal Seni, 6(1), 18–29.

Riyanto, B., & Mataram, S. (2018). Perkembangan Wayang Alternatif di Bawah Hegemoni Wayang Kulit Purwa. Panggung: Jurnal Seni & Budaya, 28(1), 1–15.

Sainah. (2010). Tokoh dan Fungsi Punokawan Wayang Orang Ngesti Pandowo di Semarang [Skripsi]. Jurusan Seni Drama, Tari, dan Musik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang.

Samodro, W. & Sarwanto. (2019). Struktur Dramatik Lakon “Mintaraga” Sajian Wayang Wong Sriwedari. Panggung: Jurnal Seni & Budaya, 29(1), 88–101. http://dx.doi.org/10.26742/panggung.v29i1.816

Setiawanto, B. (2014, March 15). Tahapan Pemilu 2014. Antaranews.Com. https://www.antaranews.com/berita/424177/tahapan-pemilu-2014

Setyoko, A., & Supanggah, R. (2018). Penciptaan Komposisi Musik Kyai Badranaya dalam Karya Musik Kidung Semar. CaLLs: Journal of Culture, Arts, Literature, and Linguistics, 4(2), 103–114.

Soedarsono, R. M. (1999). Metodologi Penelitian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa. MSPI.

Soedarsono, R. M. (2007). Penegakan Etnokoreologi sebagai sebuah Disiplin. In R. M. Pramutomo (Ed.), Etnokoreologi Nusantara: Batasan Kajian, Sistematika, dan Aplikasi Keilmuannya (pp. 1–13). ISI Press.

Sunariyah. (2014, July 22). Profil Jokowi: Wong Cilik Jadi Presiden. Liputan6.Com. https://www.liputan6.com/indonesia-baru/read/2081491/profil-jokowi-wong-cilik-jadi-presiden

Supendi, E. (2007). Wayang Orang sebagai Pertunjukan Teater Tradisional dalam Tinjauan Semiotika: (Sebuah Kajian Awal). Gelar: Jurnal Seni Budaya, 5(1), 54–72.

Turtiantoro. (2015). Strategi PDI-Perjuangan dalam Pemilu Presiden dan Wapres Tahun 2014. Jurnal Imu Sosial, 14(1), 39–46.

Wicaksono, A. (2012). Lakon sebagai Media Transformasi Penyampaian Pesan Sosial dalam Pertunjukan Wayang Orang. Journal of Urban Society’s Art, 12(2), 77–90.

Widiantoro, A. D., Sanjaya, R., Rahardjo, T., & Djati, R. (2017). Review on the application of financial technology for the Wayang Orang Ngesti Pandowo cultural creative industry. 2017 4th International Conference on Information Technology, Computer, and Electrical Engineering (ICITACEE), 225–229.

Widyaseputra, M. J. (2001). Relevansi Analisis Tekstual dan Kontekstual untuk Memahami Pentas Wayang Kulit dalam Masyarakat Jawa Masa Kini: Sebuah Kasus tentang Lakon Pandhu Swarga. Harmonia: Jurnal Pengetahuan dan Pemikiran Seni, 13(2), 194–203.

Widyastitieningrum, S. R., & Herdiani, E. (2023). Pelestarian Budaya Jawa: Inovasi dalam Bentuk Pertunjukan

Wayang Orang Sriwedari. Panggung: Jurnal Seni & Budaya, 33(1), 58–71.

Winarno, H. H. (2014, June 25). Kubu Jokowi & Prabowo di Yogya yang Bentrok Semalam Didamaikan. Merdeka.Com. https://www.merdeka.com/peristiwa/kubu-jokowi-prabowo-di-yogya-yang-bentrok-semalam-didamaikan.html

Wiwoho, L. H. (2014, June 9). Kampanye Hitam Dinilai Sudah Berlebihan. Kompas.Com. https://nasional.kompas.com/read/2014/06/09/1644477/Kampanye.Hitam.Dinilai.Sudah.Berlebihan

Wulandari, D. & Slamet. (2017). The character of Gareng’s Gecul movement in Sumar Bagyo version of dance. Harmonia: Journal of Arts Research and Education, 17(2), 163–173.




DOI: http://dx.doi.org/10.18415/ijmmu.v11i12.6298

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2024 International Journal of Multicultural and Multireligious Understanding

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International License.

International Journal of Multicultural and Multireligious Understanding (IJMMU) ISSN 2364-5369
https://ijmmu.com
editor@ijmmu.com
dx.doi.org/10.18415/ijmmu
facebook.com/ijmmu
Copyright © 2014-2018 IJMMU. All rights reserved.